Paud Sidamulya |
1. Terlalu Mendikte atau Melarang
Terlalu banyak mendikte atau melarang ternyata tidak baik untuk perkembangan sang anak. Hal ini bisa membuat seorang anak tidak punya inisiatif. Anak yang tidak punya inisiatif, bisa juga berdampak pada lemahnya kreatifitas sang anak. Padahal kreatifitas sangatlah penting bagi masa depan sang anak di masa yang akan datang. Anak yang terlalu banyak didikte dan dilarang bisa menjadikan anak lebih tertutup dan susah bergaul. Dalam hal ini, sebagai orang tua, kita harus lebih banyak membimbing pada saat anak-anak melakukan hal-hal yang baru,
dan menasihati mereka bila melakukan kesalahan. Seorang anak juga harus belajar dari kesalahan, agar mereka tahu sebab dan akibat dari apa yang mereka lakukan. Dan hal yang paling pokok dalam memberikan kebebasan kepada sang anak adalah supaya mereka bisa belajar bertanggungjawab, terutama terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
2. Terlalu Membatasi ide dan opini
Setiap anak pasti memiliki ide-ide saat sebelum mereka melakukan
sesuatu. Misalnya, pada saat mereka bermain sebuah permaian puzzle.
Mereka mungkin akan menyusun puzzle hingga membentuk sebuah gedung yang
sangat tinggi. Bila melihat hal ini, maka yang terbaik yang bisa anda
lakukan adalah menasihati dengan mengatakan,”Nak… Kalau kamu menyusun
puzzle sampai setinggi itu, bisa jatuh. Kalau jatuh, nanti puzzlenya
bisa cepet rusak. Kalau rusak, Papa nggak akan beliin yang baru lagi lho
ya… Lalu kalau menjatuhi kepala adikmu kan kasihan… . “. Biarkan anak
mengerti segala konsekuensinya saja, tanpa kita harus melarangnya. Dan
kalau buah hati anda tetap keras kepala, biarkan saja. Biarkan anak
belajar dari apa yang telah mereka lakukan. Hal ini akan lebih
bermanfaat, daripada anda membatasi dengan segala larangan-larangan yang
tidak berdasar. Dalam hal ini, tentu kita juga harus lebih cerdas untuk
mengerti seberapa batas “kesabaran” yang kita berikan bagi berikan
kepada buah hati kita. Bila buah hati kita sudah melakukan hal-hal yang
berbahaya, tentu penanganannya sudah berbeda pula. Misalnya, pada saat
buah hati kita bermain dengan colokan listrik yang terhubung dengan
kabel beraliran listrik. Mungkin anda harus bertindak cepat supaya buah
hati anda tidak kesetrum. Hal terpenting yang ditekankan di sini adalah
tidak “terlalu” membatasi ide dan pendapat anak, sehingga tidak
mematikan ide-ide kreatif mereka yang sedang berkembang dan jangan
sampai buah hati kita memandang kita sebagai seorang “mandor” yang
sedikit-sedikit marah dan melarangnya melakukan sesuatu yang baru.
3. Mengejek dan Mencela
Buah hati kita adalah pribadi yang sedang berkembang dan masih banyak
membutuhkan waktu untuk belajar. Dalam hal ini, tentu apa yang mereka
lakukan dan mereka buat, tidak sebaik dengan apa yang kita lakukan dan
apa yang kita buat. Misalnya, pada saat buah hati kita sedang melukis
seekor burung. Mungkin burung tersebut lebih mirip seekor cacing.
Janganlah mengejek hasil karya buah hati kita tersebut, dengan kata-kata
yang menyakitkan, karena bisa berdampak buruk bagi semangatnya untuk
mau berkreasi. Akibat yang lain lagi adalah tumbuhnya sikap pemalu dan
minder. Maka lebih banyaklah memberikan pujian. Dan bila anda merasa
hasil karya buah hati kita belum baik, kita harus terus memberikan
motivasi. Akan lebih baik lagi bila anda mau membimbing dan mengajar
sang buah hati, agar bisa berkarya lebih baik lagi.
4. Menakut-nakuti Anak
Meskipun kita sendiri takut terhadap sesuatu jangan sampai kita
menunjukkan rasa takut yang berlebihan. Misalnya pada saat kita melihat
kecoa (dan kita sangat gelid an takut bila melihat kecoa), yang terbaik
anda lakukan pertama kali adalah mencoba menghindarinya saja tanpa
membiarkan anak takut. Jangan sampai kita menunjukkan reaksi yang
berlebihan dengan berteriak, dan membunuh kecoa tersebut. Dan bila buah
hati kita sudah terlanjur tahu keberadaan kecoak tersebut, cukuplah anda
berkata,”Say… Ada kecoak tuh. Kecoak itu binatang yang jorok, hidupnya
di comberan. Yuk kita masuk ke kamar saja.”. Dan berusahalah melakukan
dengan tenang, tanpa membuat anak juga merasa ketakutan.
5. Membenci Anak
Meskipun buah hati kita sering melakukan kesalahan dan sering membuat
kita jengkel, namun tetaplah menjadi orang tua yang sabar. Jangan sampai
didikan yang kita lakukan dilandasi dengan kebencian. Melainkan tetap
berpikir bahwa apa pun yang kita lakukan adalah demi kebaikan buah hati
kita, dan karena kita begitu menyayanginya. Sebagai orang tua, dan
tentu saja sebagai orang yang jauh lebih dewasa, kita tentu wajib untuk
bisa mengontrol emosi kita. Buah hati kita, adalah pribadi yang masih
sangat sensitif, sehingga bila kita sudah mulai melakukan hal-hal yang
“diluar batas”, bisa jadi luka-luka itu terbawa hingga buah hati anda
beranjak dewasa, dan membawa sifat bawaan yang anda “teladankan” kepada
buah hati anda. Nasihatilah buah hati anda dengan cinta, dan bila anda
harus marah, marahlah dengan cinta. Sehingga buah hati kita tidak akan
merasakan kemarahan kita sebagai sebagai hukuman, melainkan sebagai
wujud ungkapan cinta kita kepada buah hati kita, karena kita ingin buah
hati kita tumbuh menjadi manusia yang lebih baik. Sehingga bila buah
hati kita berubah bukan karena rasa takut kepada kita, melainkan sebuah
perasaan cinta pula dan karena buah hati kita tidak ingin membuat kita
kecewa dan bersedih.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar