Pada
posting kali ini Blog Paud Sidamulya menyajikan makalah tentang Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) yang juga merupakan bagian dari ilmu pengetahuan
yang harus kita ketahui. Spesifikasi pembahasan ialah terkait dengan
perkembangan anak dari perkembangan motorik sampai sosio emosionalnya.
Mengingat banyaknya Bunda Paud yang membutuhkan makalah ini, maka Blog Paud Sidamulya
mencoba memberikan kontribusi sebagai bahan referensi baik dalam
pembuatan makalah maupun dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah lainnya.
***
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mencetak generasi unggul dan ”sukses hidup” di tengah
persaingan global dapat dilakukan dengan jalan menyelenggarakan pendidikan yang
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak didik untuk tumbuh dan
berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan kesanggupannya.
Menyelenggarakan pendidikan yang membebaskan anak dari tindak
kekerasan.Menyelenggarakan pendidikan yang memperlakukan anak dengan ramah.
Menyelenggarakan pendidikan yang memanusiakan anak.Menyelenggarakan pendidikan
yang memenuhi hak-hak anak. Hal tersebut akan terwujud jika pendidikan yang
demikian dilakukan sejak anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan fondasi bagi
perkembangan kualitas sumber daya manusia selanjutnya. Karena itu peningkatan
penyelenggaraan PAUD sangat memegang peranan yang penting untuk kemajuan
pendidikan di masa mendatang. Arti penting mendidik anak sejak usia dini
dilandasai dengan kesadaran bahwa masa kanak-kanak adalah masa keemasan (the
Golden Age), karena dalam rentang usia dari 0 sampai 5 tahun, perkembangan
fisik, motorik dan berbahasa atau linguistik seorang anak akan tumbuh dengan
pesat. Selain itu anak pada usia 2 sampai 6 tahun dipenuhi dengan senang
bermain. Konsep bermain sambil belajar serta belajar sambil bermain pada PAUD
merupakan pondasi yang mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih
beragam, sehingga di kemudian hari anak bisa berdiri kokoh dan menjadi sosok
manusia yang berkualitas.
Untuk itu pengembangan program PAUD harus digalakkan di
berbagai tempat di wilayah Indonesia. Pendidikan anak memang harus dimulai
sejak dini, agar anak bisa mengembangkan potensinya secara optimal. Anak-anak
yang mengikuti PAUD menjadi lebih mandiri, disiplin, dan mudah diarahkan untuk
menyerap ilmu pengetahuan secara optimal. Hal ini harus dimengerti oleh setiap
orang tua, dengan memberikan stimulasi yang tepat agar kemampuan anak tersebut
teraktualisasi dan berkembang dengan optimal.
Pada awalnya, hanya lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak
yang mengalami perkembangan pesat di Indonesia hingga penghujun 1999.Bahkan,
dulu lembaga ini hanya berkembang di daerah-daerah perkotaaan.Tetapi, sekarang
pertumbuhan lembaga Taman Kanak-kanak telah merambah hingga ke sudut-sudut
pedesaan.Sementara itu, lembaga PAUD yang lain, seperti TPA dan KB di saat
TK/RA berkembang pesat belum ada tanda-tanda kemunculan waktu itu. Bahkan, di
daerah perkotaan pun masih sangat jarang.Jangankan di daerah pedesaan, di
kota-kota besar masih jarang dijumpai lembaga PAUD yang menyelenggarakan TPA
dan KB.
Tetapi, mulai tahun 2003 hingga penghujung sekarang,
tepatnya semenjak disahkannya UU No. 20 tahun 2003 lembaga PAUD, mulai dari
TK/RA, KB dan TPA mulai berkembang dengan pesat. Hingga saat ini, penyebaran
dan pertumbuhan lembaga PAUD tidak hanya menjamur di daerah-daerah perkotaan
saja, tetapi telah masuk ke sudut-sudut perkampungan.
Sebagaimana kita lihat bahwa rentang
usia TK (4 – 6 th) disebut dengan masa usia dini, yang merupakan masa keemasan
bagi seseorang karena masa inilah seluruh informasi dapat diserap dengan mudah
dan cepat oleh anak melalui seluruh panca indranya. Sebagai analoginya bahwa
anak ibarat spons (karet busa) yang mampu menyerap air tanpa peduli apakah air
itu bersih atau kotor, oleh karena itu masa ini sering disebut dengan masa
kritis untuk memperkenalkan dan menanamkan segala hal yang positif dan berguna
bagi perkembangan anak dimasa selanjutnya.
Dengan pesatnya perkembangan pada
seluruh aspek yang disebabkan oleh perkembangan otaknya yang dapat mencapai 90%
dari otak orang dewasa. Oleh karena itu tugas utama dari seorang guru disekolah
untuk menyediakan berbagai pengalaman belajar yang menentang anak untuk terus
bereksplorasi. Pendekatan pembelajaran terpadu dinilai sesuai untuk digunakan
pada anak usia TK karena karakteristik usia TK adalah senang bermain dan dengan
bermain mereka belajar. Dengan pembelajaran terpadu anak diajak untuk bermain
sambil belajar dan belajar seraya bermain. Disini peranan guru sangat penting
dan sangat menentukan keberhasilan atau tercapainya tujuan sesuai dengan yang
ditetapkan.
B.
Tujuan Makalah
Penyusunan makalah ini menitikberatkan
pada pembahasan tentang konsep dasar pendidikan anak usia dini. Adapun tujuan
penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan
2. Menjelaskan
tentang konsep-konsep penting yang berhubungan dengan pendidikan anak usia
dini.
3. Menumbuhkembangkan
pengetahuan dan wawasan akan ilmu PAUD kepada pembaca umumnya dan mahasiswa
pada khususnya.
4. Mendeskripsikan
dimensi anak usia dini selama dalam mengembangkan intuisi/pendidikan.
5. Melatih
mahasiswa untuk dapat mengembangkan keterampilan yang dimilikinya terutama
menyangkut keterampilan anak usia dini.
6. Membekali
mahasiswa pengalaman langsung atau tidak langsung dalam memberikan informasi
kepada masyarakat tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
C.
Rumusan Masalah
Pada saat ini permasalahan-permasalahan yang terjadi
dalam penyelenggaraan PAUD adalah belum semua orang tua dan masyarakat
menyadari pentingnya PAUD, belum semua lembaga layanan pengembangan anak usia
dini yang telah ada di masyarakat dimanfaatkan untuk layanan PAUD. Sehingga
perlu adanya pembinaan ekstra kepada seluruh mahasiswa yang mengemban
pendidikan dengan tujuan seperti yang tersebut di atas. Dengan melalui makalah
ini kami dapat merumuskan beberapa masalah pokok antara lain :
1. Penjabaran dan
penjelasan tentang konsep dasar PAUD
2.
Gambaran umum tentang perkembangan
PAUD;
3.
Gambaran konsep pengelolaan dan
pembinaan penyelenggaraan PAUD;
4.
Masalah apa saja yang dihadapi dalam
penyelenggaraan PAUD; dan
5. Upaya apa saja
yang dilakukan dalam menghadapi pemyelenggaraan PAUD.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD)
1.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu
yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,
pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk
mengajar kebudayaan melewati generasi.
Pendidikan
anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan
anak usia dini mulai lahir sampai baligh (kalau perempuan ditandai menstruasi
sedangkan laki-laki sudah mimpi sampai mengeluarkan air mani) adalah tanggung
jawab sepenuhnya orang tua. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14, pendidikan anak usia dini
didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan
anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku
serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan
anak usia dini yaitu:
a.
Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas,
yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya
sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar
serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
b.
Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan
belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan
anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6
tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di
beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang
Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
·
Infant (0-1 tahun)
·
Toddler (2-3 tahun)
·
Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
·
Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)
Hal-hal yang harus dipahami dalam
Karakteristik Anak Usia Dini adalah sebagai berikut:
a.
Mengetahui hal-hal yang
dibutuhkan oleh anak, yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya.
b.
Mengetahui tugas-tugas
perkembangan anak, sehingga dapat memberikan stimulasi kepada anak, agar dapat
melaksanakan tugas perkembangan dengan baik.
c.
Mengetahui bagaimana
membimbing proses belajar anak pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
d.
Menaruh harapan dan
tuntutan terhadap anak secara realistis.
e.
Mampu mengembangkan potensi
anak secara optimal sesuai dengan keadaan dan kemampuannya. fisik dan
psikologis ( hall & lindzey, 1993).
Adapun
pentingnya pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah sebagai berikut:
a. PAUD
sebagai titik sentral strategi pembangunan sumber daya manusia dan sangat
fundamental.
b. PAUD
memegang peranan penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya,
sebab merupakan fondasi dasar bagi kepribadian anak.
c. Anak
yang mendapatkan pembinaan sejak dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan fisik maupun mental yang akan berdampak pada peningkatan prestasi
belajar, etos kerja, produktivitas, pada akhirnya anak akan mampu lebih mandiri
dan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
d. Merupakan
Masa Golden Age (Usia Keemasan). Dari perkembangan otak manusia, maka tahap
perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling vital yakni
mencapai 80% perkembangan otak.
e. Cerminan
diri untuk melihat keberhasilan anak dimasa mendatang. Anak yang mendapatkan
layanan baik semenjak usia 0-6 tahun memiliki harapan lebih besar untuk meraih
keberhasilan di masa mendatang. Sebaliknya anak yang tidak mendapatkan
pelayanan pendidikan yang memadai membutuhkan perjuangan yang cukup berat untuk
mengembangkan hidup selanjutnya.
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan Komitmen
Dunia seperti yang tertera dalam kutipan sebagai berikut:
·
Komitmen
Jomtien Thailand (1990)
’Pendidikan untuk semua orang, sejak lahir
sampai menjelang ajal.’
·
Deklarasi
Dakkar (2000)
Memperluas
dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini secara
komprehensif terutama yang sangat rawan dan terlantar.’
·
Deklarasi ”A World
Fit For Children” di New York (2002)
‘Penyediaan
Pendidikan yang berkualitas’
2.
Landasan Yuridis Tentang PAUD
a.
Pembukaan UUD 1945 ; ‘Salah
satu tujuan kemerdekaan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.’
b.
Amandemen UUD 1945 pasal 28
C
Setiap
anak berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.’
c.
UU No. 23/2002 Tentang
Perlindungan Anak Pasal 9 ayat (1)
’Setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minta dan bakat.’
d.
UU No 20/2003 pasal 28
1)
Pendidikan anak usia dini
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
2)
Pendidikan anak usia dini
dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan/atau
informal.
3)
Pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal
(RA), atau bentuk lain yang sederajat.
4)
Pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain (KB), Taman
Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
5)
Pendidikan anak usia dini
pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.
B. Gambaran Umum Pendidikan Bagi Anak Usia
Dini
1.
Perkembangan Anak
Ditinjau
dari psikologi perkembangan, usia 6-8 tahun memang masih berada dalam rentang
usia 0-8 tahun. Itu berarti pendidikan yang diberikan dalam keluarga maupun di
lembaga pendidikan formal haruslah kental dengan nuansa pendidikan anak usia
dini, yakni dengan mengutamakan konsep belajar melalui bermain. Perkembangan
anak sebagai perubahan psikologis menurut Kartini Kartono ditunjang oleh faktor
lingkungan dan proses belajar dalam fase tertentu.
Nana
Syaodah Sukmadinata mengemukakan ada tiga pendekatan perkembangan individu,
yaitu Pendekatan Pentahapan, diferensial dan isaptif. Khususnya pada pendekatan
isaptif pada perkembangan anak mencakup perkembangan psikososial, perkembangan
motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial, perkembangan bahasa, perkembangan
moral dan perkembangan emosional.
Tahapan
perkembangan psikososial anak menurut Erik Erikson dalam Malcolm Knowles adalah
sebagai berikut:
a. Tahap
kepercayaan dan ketidak percayaan (trust versus misstrust), yaitu tahap
psikososial yang terjadi selama tahun pertama kehidupan. Pada tahap ini,bayi
mengalami konflik anatara percaya dan tidak percaya. Rasa percaya menuntut
perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekhawatiran
akan masa depan.
b.
Tahap otonomi dengan rasa
malu dan ragu (autonomi versus shame and doubt), yaitu tahap kedua perkembangan
psikososial yang berlangsung pada akhir masa bayi dan masa baru pandai
berjalan. Setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh mereka, bayi mulai
menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai
menyatakan rasa mandiri atau atonomi mereka dan menyadari kemauan mereka. Jika
orangtua cenderung menuntut terlalu banyak atau terlalu membatasi anak untuk
menyelidiki lingkungannya, maka anak akan mengalami rasa malu dan ragu-ragu.
c.
Tahap prakarsa dan rasa
bersalah (initiatif versus guilt), yaitu tahap perkembangan psikososial ketiga
yang berlangsung selama tahun pra sekolah. Pada tahap ini anak terlihat sangat
aktif, suka berlari, berkelahi, memanjat-manjat, dan suka menantang
lingkungannya. Dengan menggunakan bahasa, fantasi dan permainan khayalan, dia
memperoleh perasaan harga diri. Bila orangtua berusaha memahami, menjawab
pertanyaan anak, dan menerima keaktifan anak dalam bermain, maka anak akan
belajar untuk mendekati apa yang diinginkan, dan perasaan inisiatif semakin
kuat. Sebaliknya, bila orangtua kurang memahami, kurang sabar, suka memberi
hukuman dan menganggap bahwa pengajuan pertanyaan, bermain dan kegiatan yang
dilakukan anak tidak bermanfaat maka anak akan merasa bersalah dan menjadi
enggan untuk mengambil inisiatif mendekati apa yang diinginkannya.
d.
Tahap kerajinan dan rasa
rendah diri (industry versus inferiority),yaitu perkembangan yang berada
langsung kira-kira tahun sekolah dasar. Pada tahap ini, anak mulai memasuki
dunia yang baru, yaitu sekolah dengan segala aturan dan tujuan. Anak mulai
mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan
intelektual.perasaan anak akan timbul rendah diri apabila tidak bisa menguasai
keterampilan yang diberikan disekolah.
e.
Tahap identitas dan
kekacauan identitas (identity versus identity confusion), yaitu perkembangan
yang berlangsung selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini, anak
dihadapkan pada pencarian jati diri. Ia mulai merasakan suatu perasaan tentang
identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah individu unik yang siap memasuki
suatu peran yang berarti ditengah masyarakat baik peran yang bersifat
menyesuaikan diri maupun memperbaharui. Apabila anak mengalami krisis dari masa
anak kemasa remaja maka akan menimbulkan kekacauan identitas yang mengakibatkan
perasaan anak yang hampa dan bimbang.
f.
Tahap keintiman dan isolasi
(intimacy versus isolation), yaitu perkembangan yang dialami pada masa dewasa.
Pada masa ini adalah membentuk relasi intim dengan oranglain. Menurut erikson,
keintiman tersebut biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada
hubungan seksual dengan lawan jenis yang dicintai. Bahaya dari tidak
tercapainya selama tahap ini adalah isolasi, yakni kecenderungan menghindari berhubungan
secara intim dengan oranglain kecuali dalam lingkup yang amat terbatas.
g.
Tahap generativitas dan
stagnasi (generativity versus stagnation), yaitu perkembangan yang dialami
selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian
terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, produk, ide-ide, dan sebagainya) serta
pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Apabila
generativitas tidak diungkapkan dan lemah maka kepribadian akan mundul
mengalami pemiskinan dan stagnasi.
h. Tahap
integritas dan keputusasaan (integrity versus despair), yaitu perkembangan
selama akhir masa dewasa. Integritas terjadi ketika seorang pada tahun-tahun
terakhir kehidupannya menoleh kebelakang dan mengevaluasi apa yang telah
dilakukan dalam hidupnya selama ini, menerima dan menyesuaikan diri dengan
keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya, merasa aman dan tentram, serta
menikmati hidup sebagai yang berharga dan layak. Akan tetapi, bagi orangtua
yang dihantui perasaan bahwa hidupnya selama ini sama sekali tidak mempunyai
makna ataupun memberikan kepuasan pada dirinya maka ia akan merasa putus
asa.
Perkembangan
Kognitif Anak Menurut PIAGET tahapan perkembangan ini dibagi dalam 4 tahap
yaitu sebagai berikut:
1)
Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam
tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak.
Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
Dalam usia
ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah
'menangis'.
Menyampaikan
cerita/berita Injil pada anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan
menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang
bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).
2)
Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia
ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa
melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki
kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia
6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti
cara berpikir yang sistematis - rumit.
Dalam
menyampaikan cerita harus ada alat peraga.
3)
Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)
Saat ini
anak mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam kelompok
dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti
hal-hal yang sistematis.
Namun
dalam menyampaikan berita Injil harus diperhatikan penggunaan bahasa.
Misalnya: Analogi 'hidup kekal' - diangkat menjadi anak-anak Tuhan dengan konsep keluarga yang mampu mereka pahami.
Misalnya: Analogi 'hidup kekal' - diangkat menjadi anak-anak Tuhan dengan konsep keluarga yang mampu mereka pahami.
4)
Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran
pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah
mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak,
sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga.
Namun
kesulitan baru yang dihadapi guru adalah harus menyediakan waktu untuk dapat
memahami pergumulan yang sedang mereka hadapi ketika memasuki usia pubertas.
Pada
umumnya
dalam perkembangan Emosional seorang anak terdapat empat kunci utama emosi pada
anak yaitu :
1) Perasaan marah
Perasaan
ini akan muncul ketika anak terkadang merasa tidak nyaman dengan lingkungannya
atau ada sesuatu yang mengganggunya. Kemarahan pun akan dikeluarkan anak ketika
merasa lelah atau dalam keadaan sakit. Begitu punketika kemauannya tidak
diturutioleh orangtuanya, terkadang timbulrasa marah pada sianak.
2) Perasaan takut
Rasa
takut ini di rasakan anak semenjak bayi. Ketika bayi merekatakut akan
suara-suara yang gaduh atau rebut. Ketika menginjak masa anak-anak, perasaan
takut mereka muncul apabila di sekelilingnya gelap. Mereka pu mulai berfantasi
dengan adanya hantu, monster dan mahluk-mahluk yang menyeramkan lainnya.
3) Perasaan gembira
Perasaan
gembira ini tentu saja muncul ketika anak merasa senang akan sesuatu. Contohnya
ketika anakdiberi hadiaholeh orang tuanya, ketika anak juara dalam mengikuti
suatu lomba, atau ketika anak dapat melakukan apa yang diperintahkan orang
tuanya. Banyak hal yang dapat membuat anak merasa gembira.
4) Rasa humor
Tertawa
merupakan hal yang sangat universal. Anak lebih banyak tertawa di bandingkan
orang dewasa. Anak akan tertawa ketika melihat sesuatu yang lucu.
Keempat
perasaan itu merupakan emosi negative dan positif. Perasaan marah dan ketakutan
merupakan sikap emosi yang negative sedangkan perasaan gembira dan rasa lucu
atau humor merupakan sikap emosi yang positif.
Menurut
Kohlberg Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan
peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang
dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak
memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk
dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain
(dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang
perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang
buruk, yang tidak boleh dikerjakan.
1.
Menumbuhkan
Kecerdasan Anak Usia Dini
Seorang
anak yang baru lahir, ia masih berada dalam keadaan lemah, naluri dan
fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya belum berkembang dengan sempurna. Namun
secara pasti berangsur-angsur anak akan terus belajar dengan lingkungannya yang
baru dan dengan alat inderanya, baik itu melalui pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan mapun pengecapan. Anak berkemungkinan besar untuk
berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Bahkan anak bisa
meningkat pada taraf perkembangan tertinggi pada usia kedewasaannya sehingga ia
mampu tampil sebagai pionir dalam mengendalikan alam sekitar. Hal ini karena
anak memiliki potensi yang telah ada dalam dirinya.
Hal yang
dibutuhkan anak agar tumbuh menjadi anak yang cerdas adalah adanya upaya-upaya
pendidikan sepertiu terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, memotivasi
anak untuk belajar, dan bimbingan serta arahan
kearah perkembangan yang optimal. Dengan begitu menumbuhkan kecerdasan anak
yaitu mengaktualisasikan potensi yang ada dalam diri anak. Sebab jika potensi
kecerdasannya tidak dibimbing dan diarahkan dengan rangsangan-rangsangan
intelektual, maka walaupun dia memiliki bakat jenius aakan tidak ada artinya
sama sekali. Sebaliknya jika seorang anak yang memiliki kecerdasan rata-rata
atau normal bila didukung lingkungan yang kondusif maka ia akan dapat tumbuh
menjadi anak yang cerdas diatas rata-rata atau superior. Hal ini berarti
lingkungan memegang peranan penting bagi pendidikan anak selain bakat yang
telah dimiliki oleh anak itu sendiri.
2.
Karakteristik Belajar
Anak
Menurut
konsep PAUD yang sebenarnya, anak-anak seharusnya dikondisikan dalam suasana
belajar aktif, kreatif, dan menyenangkan lewat berbagai permainan. Dengan
demikian, kebutuhannya akan rasa aman dan nyaman tetap terpenuhi. Kalaupun kepada
siswa SD kelas awal ingin diajarkan konsep berhitung, contohnya, pilihlah
sarana pembelajaran melalui nyanyian atau cara lain yang mudah dipahami dan
menyenangkan.
Hanya
saja, meski sama-sama melalui cara yang menyenangkan, tujuan pendidikan anak
usia prasekolah berbeda dari pendidikan anak usia sekolah dasar awal. Kalau
pendidikan bagi anak usia prasekolah bertujuan mengoptimalkan tumbuh kembang
anak, maka konsep pendidikan di awal sekolah dasar bertujuan mengarahkan anak
agar dapat mengikuti tahapan-tahapan pendidikan sesuai jenjangnya. Selain tentu
saja untuk mengembangkan berbagai kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan guna
mengoptimalkan kecerdasannya.
Proses pembelajaran
kepada anak harus sesuai dengan konsep pendidikan anak usia dini. Mengajarkan
konsep membaca dan berhitung, contohnya, haruslah dengan cara yang menarik dan
bisa dinikmati anak. Yang tidak kalah penting, selama proses belajar, jadikan
anak sebagai pusatnya dan bukannya guru yang mendominasi kelas. Dalam
pelaksanaannya, inilah yang disebut CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Jadi
bukannya "CBSA" yang kerap diplesetkan sebagai "Catat Buku
Sampai Abis".
Sementara
pendidikan usia dini yang diberikan dalam keluarga juga harus berpijak pada
konsep PAUD. Artinya, pola asuh yang diterapkan orang tua hendaknya cukup
memberi kebebasan kepada anak untuk mengembangkan aneka keterampilan dan
kemandiriannya. Ingat, porsi waktu terbesar yang dimiliki anak adalah bersama keluarganya dan bukan di sekolah.
C. Definisi Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD)
PAUD
dapat di deskripsikan sebagai berikut : Pertama,
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pemberian upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Kedua, Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan yang menitikberatkan
pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi
motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
dan kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap perilaku serta agama), bahasa
dan komunikasi. Ketiga, sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan Pendidikanan
Usia Dini (PAUD) disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh
anak usia dini.
Tujuan
PAUD yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
orang tua dan guru serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan
perkembangan anak usia dini. secara khusus tujuan yang ingin dicapai, adalah :
1.
Dapat mengidentifikasi perkembangan fisiologis
anak usia dini dan mengaplikasikan hasil identifikasi tersebut dalam
pengembangan fisiologis yang bersangkutan.
2.
Dapat memahami perkembangan kreatifitas anak
usia dini dan usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya.
3.
Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya
dengan perkembangan anak usia dini.
4.
Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan
anak usia dini.
5.
Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan
aplikasinya bagi pengembangan anak usia kanak-kanak.
Tujuan
pendidikan anak usia dini secara umum adalah mengembangkan berbagai potensi
anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Secara khusus kegiatan pendidikan bertujuan agar:
1.
Anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan
percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai sesama. Contoh : pendidik mengenalkan
kepada anak didik bahwa Allah SWT menciptakan berbagai makhluk selain manusia,
seperti binatang, tumbuhan, dan sebagainya yang semua itu harus kita sayangi.
2.
Anak mampu mengelola keterampilan tubuh
termasuk gerakan-garakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan
gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik (panca indera). Contoh:
menari, bermain bola, menulis ataupun mewarnai.
3.
Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman
bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk
berpikir dan belajar. Contoh : ketika sudah melakukan pembahasan tema,
diberikan kepada anak didik untuk bertanya atau menjawab isi tema yang telah
diberikan.
4.
Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan
alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat. Contoh :
mencari pasangan gambar yang berkaitan dengan sebab akibat, lalu anak akan
berusaha memecahkan masalah dan memberika alasan tersebut.
5.
Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan
sosial, peranan masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan budaya serta
mampu mengembangkan konsep diri, sikap postif terhadap belajar, kontrol diri
dan rasa memiliki.
6. Anak memiliki
kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan, serta
menghargai hasil karya yang kreatif. Contoh : anak yang senang dan menyukai
dengan musik, saat mendengar lagu maka akan segera mengikutinya, ataupun ketika
diminta melanjutkan syair kedua hingga selesai, maka anak mampu melakukannya.
Selain
itu, tujuan pendidikan anak usia dini adalah :
1.
Untuk membentuk anak Indonesia yang
berkuailtas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki yang optimal di dalam memasuki pendidikan
dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
2.
Untuk membantu menyiapkan anak mencapai
kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
3.
Intervensi dini dengan memberikan rangsangan
sehingga dapat menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi (hidden potency)
yaitu dimensi perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik,
konsep diri, minat dan bakat)
4.
Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan
terjadinya gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang
dimiliki anak.
Beberapa
fungsi pendidikan bagi anak usia dini yang harus diperhatikan, dapat dijelaskan
sebagai berikut: (1) Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak
sesuai dengan tahapan perkembangannya. Contoh : menyiapkan media pembelajaran
yang banyak sesuai dengan kebutuhan dan minat anak; (2) Mengenalkan anak dengan
dunia sekitar. Contoh: field tripke
Taman Safari, selain dapat mengenal bermacam-macam hewan ciptaan Allah juga
dapat mengenal berbagai macam tumbuhan dan hewan serta mengenal perbedaan udara
panas dan dingin; (3) Mengembangkan sosialisasi anak. Contoh: bermain bersama
teman, melalui bermain maka anak dapat berinteraksi dan berkomunikasi sehingga
proses sosialisasi anak dapat berkembang; (4) Mengenalkan peraturan dan
menanamkan disiplin pada anak. Contoh: mengikuti peraturan atau tata cara
upacara bendera, dapat menanamkan peraturan dan mengenal arti penghormatan
kepada pahlawan perjuangan bangsa; (5) Memberikan kesempatan pada anak untuk
menikmati masa bermainnya. Contoh: bermain bebas sesuai dengan minat dan
keinginan anak; (6) Memberikan stimulus kultural pada anak.
Fungsi
lainnya yang perlu diperhatikan, yakni penyiapan bahan perumusan kebijakan
dibidang pendidikan anak usia dini; penyiapan bahan perumusan standar,
criteria, pedoman, dan prosedur dibidang pendidikan anak usia dini; pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan
pemberdayaan peran serta masyarakat dibidang pendidikan anak usia dini;
pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat (Direktorat PAUD, 2000:6).
Selain
itu, fungsi PAUD lainnya yang penting diperhatikan, adalah: (1) Sebagai upaya
pemberian stimulus pengembangan potensi fisik, jasmani, dan indrawi melalui
metode yang dapat memberikan dorongan perkembangan fisik/motorik dan fungsi
inderawi anak; (2) Memberikan stimulus pengembangan motivasi, hasrat, dorongan
dan emosi kearah yang benar dan sejalan dengan tuntutan agama; (3) Stimulus
pengembangan fungsi akal dengan mengoptimalkan daya kognisi dan kapasitas
mental anak melalui metode yang dapat mengintegrasikan pembelajaran agama
dengan upaya mendorong kemampuan kognitif anak.
Dari
beberapa fungsi yang telah dipaparkan, dapat terlihat bahwa fungsi pendidikan
anak usia dini adalah memberikan stimulus kultural kepada anak. Pendidikan pada
usia dini sebenarnya merupakan ekspresi dari stimulasi kultural tersebut.
Berdasarkan
tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah beberapa fungsi program
stimulasi edukasi, yaitu:
1.
Fungsi Adaptasi, berperan
dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi
lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri.
2.
Fungsi Sosialisasi, berperan
dalam membantu anak agar memiliki keterampilan-keterampilan sosial yang berguna
dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari di mana ana berada.
3.
Fungsi Pengembangan, berkaitan
dengan pengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi
yang dimiliki anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat menumbuhkankembangkan
potensi tersebut kearah perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang
bermanfaat bagi anak itu sendiri maupun lingkungannya.
4.
Fungsi Bermain, berkaitan
dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada hakikat nya
bermain itu sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya. Melalui
kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun
pengetahuannya sendiri.
5.
Fungsi Ekonomik, pendidikan
yang terencana pada anak merupakan investasi jangka panjang yang dapat
menguntungkan pada setiap rentang perkembangan selanjutnya. Terlebih lagi
investasi yang dilakukan berada pada masa keemasan (the golden age) yang akan memberikan
keuntungan berlipat ganda. Pendidikan di Taman Kanak-kanak merupakan salah satu
peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya.
Terdapat
sejumlah prinsip pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, beberapa akan
dipaparkan pada bagian berikut ini diantaranya:
1.
Anak sebagai
Pembelajar Aktif
Pendidikan
hendaknya mengarahkan anak untuk menjadi pembelajar yang aktif. Pendidikan yang
dirancang secara kreatif akan menghasilkan pembelajar yang aktif. Proses
pendidikan seperti ini merupakan wujud pembelajaran yang bertumpu ada aktivitas
belajar anak secara aktif atau yang dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA= Student Active Learning).
2.
Anak Belajar
Melalui Sensori dan Panca Indera
Anak memperoleh
pengetahuan melalui sensorinya, anak dapat melihat melalui bayangan yang
ditangkap oleh matanya, anak dapat mendengarkan bunyi melalui telinganya, anak
dapat merasakan panas dan dingin lewat perabaannya, anak dapat membedakan bau
melalui hidung dan anak dapat mengetahui aneka rasa melalui lidahnya. Oleh
karenanya, pembelajaran pada anak hendaknya mengarahkan anak pada berbagai
kemampuan yang dapat dilakukan oleh seluruh inderanya.
3.
Anak Membangun
Pengetahuan Sendiri
Sejak lahir
anak diberi berbagai kemampuan.Dalam konsep ini anak dibiarkan belajar melalui
pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang dialaminya sejak anak lahir dan
pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidup.
4.
Anak Berpikir
Melalui Benda Konkret
Dalam konsep
ini anak harus diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang nyata agar anak
tidak menerawang atau bingung.Maksudnya adalah anak dirangsang untuk berpikir
dengan metode pembelajaran yang menggunakan benda nyata sebagai contoh
materi-materi pelajaran.
5.
Anak Belajar
Dari Lingkungan
Pendidikan
merupakan usaha sadar yang dilakukan sengaja dan terencana untuk membantu anak
mengembangkan potensi secara optimal sehingga anak mampu beradaptasi dengan
lingkungannya.
D. Gambaran Konsep Pengelolaan dan Pembinaan
Penyelenggaraan PAUD
Peraturan
Pemerintah Nomor 27 tahun 1992 tentang pendidikan pra-sekolah, pasal 4 ayat (1)
disebutkan bahwa “bentuk satuan pendidikan pra-sekolah meliputi Taman
Kanak-kanak, Kelompok Bermain dan Penitipan Anak serta bentuk lain yang
diterapkan oleh Menteri.
Pendidikan
dini bagi anak-anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) merupakan hal yang penting,
karena pada usia ini merupakan masa membentuk dasar-dasar kepribadian manusia,
kemampuan berfikir, kecerdasan, keterampilan serta kemandirian maupun kemampuan
bersosialisasi. Pada dasarnya dunia anak adalah dunia fundamental dari
perkembangan manusia menuju manusia dewasa yang sempurna. Disadari bahwa
generasi merupakan generasi penerus yang perlu dibina sejak dini, karenanya
pembinaan sejak dini merupakan tanggung jawab keluarga dan masyarakat.
Pembinaan anak usia pra-sekolah terutama peranan keluarga sangat menentukan.
Menurut
Peraturan Pemerintah No 27 tahun 1990 tentang pendidikan pra-sekolah, Kelompok
Bermain adalah salah satu bentuk usaha kesejahteraan anak dengan mengutamakan
kegiatan bermain, yang juga menyelenggarakan pendidikan pra-sekolah bagi anak
usia 3 tahun sampai memasuki pendidikan dasar.
Selama
tahun pra-sekolah, taman kanak-kanak, pusat penitipan anak-anak dan kelompok
bermain semuanya menekankan permainan yang memakai mainan. Akibatnya baik
sendiri atau berkelompok mainan merupakan unsure yang penting dari aktivitas
bermain anak. Bermain dengan teman-teman sebayanya, anak dirangsang dalam
kemampuan mental seperti kecerdasan, kreativitas, kemampuan sosial yang sangat
bermanfaat pada masa kini dan masa yang akan datang. Kegiatan bermain memiliki
arti positif terhadap perkembangan sosial anak. Seperti yang dikemukakan oleh
Zulkifli bahwa dengan berman mereka lebih banyak mengenal benda-benda yang berguna
bagi perkembangan sosialnya. Hal ini dapat terlihat dengan mengenal benda
seperti mobil dapat mengembangkan rasa sosial anak dimana benda tersebut dapat
membantu orang lain pergi kesuatu tempat tertentu. Secara lebih jauh dapat
dilihat dengan adanya perkembangan teknologi menunjukan makin menariknya teknis
dan permainan elektronik bagi anak yang ditunjang oleh situasi dan kondisi
dimana anak-anak sulit mendapat teman sebaya untuk bersosialisasi sehingga anak
dapat menonton atau bermain sendiri tanpa memerlukan oranglain.
Penyelenggaraan
Pendidikan bagi Anak Usia Dini dapat dilakukan dalam bentuk formal, non-formal
dan informal. Setiap bentuk penyelenggaraan memiliki kekhasan tersendiri.
Berikut ini akan dipaparkan bentuk penyelenggaraan pada jalur pendidikan
formal, nonformal dan informal.
Penyelenggaraan
pendidikan bagi anak usia dini pada jalur formal adalah Taman Kanak-kanak (TK)
atau RA dan lembaga sejenis. Penyelenggraraan pendidikan bagi anak usia dini
pada jalur nonformal diselenggarakan oleh masyarakat atas kebutuhan dari
masyarakat sendiri, khususnya bagi anak-anak yang dengan keterbatasannya tidak
terlayani di pendidikan formal (TK dan RA ). Pendidikan dijalur informal ini
dilakukan oleh keluarga atau lingkungan.Pendidikan informal bertujuan memberikan
keyakinan agama, menanamkan nilai budaya, nilai moral, etika, dan kepribadian, estetika
serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anak
usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun (di Indonesia
berdasrkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional), adapun berdasrkan para pakar pendidikan anak, yaitu kelompok manusia
yang berusia 9-8 tahun. Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki
pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar),
intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan
spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan
komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.
PAUD
adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun
secara menyuluruh, yang mencakup aspek fisik dan non-fisik, dengan memberikan
rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual ), motorik,
akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.
Merujuk
pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pasal 19 ayat1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik.
Catron
dan Allen (1999:23-26) menyebutkan bahwa terdapat 6 aspek perkembangan anak
usia dini, yaitu kesadaran personal, kesehatan emosional, sosialisasi,
komunikasi, kognisi dan keterampilan motorik sangat penting dan harus
dipertimbangkan sebagai fungsi interaksi. Kreativitas tidak dipandang sebagai
perkembangan tambahan, melainkan sebagai komponen yang integral dari lingkungan
bermain yang kreatif.
B.
Pengharapan
Masalah
anak merupakan masalah yang cukup riskan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Mengingat berbagai kompleksitas masalah tersebut, maka salah satu langkah
konkrit yang sedang ditempuh oleh para pengembang pendidikan adalah
mempersiapkan generasi yang berakhlak mulia, bermoral dan berkepribadian
positif serta mampu menanggapi segala tantangan yang ada dilingkungan
sekitarnya.
Oleh
karena itu, salah satu terobosannya adalah dengan menyiapkan tenaga-tenaga
produktif yang bersedia menangani masalah-masalah seperti yang dijelaskan pada
Bab-bab di atas. Dengan demikian harapan untuk mencapai tujuan daripada pendidikan
nasional akan terwujud sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. (2008). Pembelajaran Terpadu Buku materi
Pokok PGTK2501/25KS/Modul 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka.
M. Taqiyuddin. (2005). Pendidikan Untuk semua (Dasar dan
Falsafah Pendidikan Luar Sekolah). Cirebon: STAIN Cirebon Press.
Tilaar. (1992). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung:
Rosda
Latif, Abdul. (2007). Pendidikan Berbasis Nilai
Kemasyarakatan. Bandung: Reflika Aditama
Nurihsan, Juntika, 2007. Perkembangan Peserta Didik,
Bandung : Sekolah Pasca Sarjana UPI
Tidak ada komentar :
Posting Komentar